a Bahasa Indonesia c. Kitab suci Veda b. Kitab suci Tripitaka d. Kitab Injil 2. Maharsi yang menerima wahyu Sang Hyang Widhi berjumlah orang a. Lima c. Tujuh b. Enam d. Delapan 3. Maharsi Visvamitra adalah seorang maharsi dari golongan . a. Brahmana c. Ksatria b. Waisya d. Sudra 4. Maharsi Vamadeva adalah penyusun ayat-ayat . a.
Kitab Sarasamuccaya ini merupakan kitab yang ditulis oleh Dewa Rucci yang lebih ditujukan untuk orang-orang yang menempuh masa brahmacari wajib untuk mendalami isi dari kitab ini. Sloka yang dibahas kali ini adalah mengenai “Kebebasan” atau yang lebih dikenal dengan Moksa. Berikut isi kitabnya yang tahu akan penjelmaan manusia, tidak juga dapat diketahui berapa banyak penjelmaan yang telah dilalui, berkali-kali pernah menjadi ayah, ibu, sumi, istri, dan anak; menyadari siklus ini siapakah yang sebenarnya dengan permanen dapat dikatakan seketurunan, dan yang manakah dapat anda tunjuk satu keturunan permanen dengan anda? 487. Tidak ada hubungan yang kekal, bahkan hubungan anda dengan badan pun tidak kekal, suatu saat dan pasti akan tiba saatnya anda berpisah dengan badan sendiri. 488. Dinyatakan hidup datang dari ketiadaan dan akan kembali tiada, menyadari ini yang manakah sesungguhnya menjadi hak milik secara permanen, sedangkan cepat atau lambat akan tiba saatnya dimana anda akan berpisah dengan sesuatu yang dianggap kepunyaan sendiri. 489. Akan tiba saatnya kita berpisah dengan kekayaan, akan tiba saatnya kita berpisah dengan orang tua, akan tiba saatnya kita berpisah dengan anak-anak, dengan sahabat, teman dll; ketika perpisahan itu terjadi hanyalah baik buruk perbuatan diri yang setia menemani. 490. Adalah mereka yang selalu bersedih akan yang mati, adalah mereka yang selalu bersedih akan harta yang hilang; sangat besarlah kesedihan hatinya, kesedihan itulah sumber dari kesengsaraan. 492. Ada kalanya orang meninggalkan kekayaannya, seringkali kekayaan meninggalkan orang, tiada kekallah pertalian orang dengan hartanya dan harta dengan orangnya, inilah bukti bahwa segala sesuatu itu tidak akan pernah kekal; orang yang bijaksana dan sadar akan hakekat ini, pasti dapat terebas dari ikatan. 493. Sebaiknya kuatkanlah diri dengan ilmu pengetahuan yang benar, yang dapat membimbing orang untuk senantiasa berkeadaan sadar pada hukum ketidak kekalan dan dapat terbebas dari ikatan. 494. Mereka yang sadar akan ketidakkekalan, walaupun layu bunga yang disuntingkan dirambut kepalanya tidak akan membuatnya berduka atau bersedih, sedangkan mereka yang buta, amat bersedih hatinya jika sesuatu yang diyakininya sebagai kepunyaan menjadi berkurang walaupun hanya beberapa bagian kecil saja. 495. Perhatikan orang yang bahkan hingga mempertaruhkan jiwanya demi menumpuk harta kekayaan, orang seperti ini sungguh kurang bijaksana sebab mereka yang bijaksana hanya mau bersusah-susah asalkan dengan tidak susah juga ia dihilangkan. Orang yang kurang bijak karena mendapatkan harta dengan sangat susah menjadi terikat kuat dengan hartanya itu, sedangkan mereka yang bijak meskipun tampaknya harta didapat dengan cara susah tidaklah terikat beliau olehnya. 496. Ada suka pasti ada duka; ada yang kaya pasti ada yang miskin; ada yang hidup pasti ada yang mati. Sekarang suka suatu saat pasti mengalami duka, sekarang kaya suatu saat pasti menjadi miskin, sekarang hidup suatu saat pasti akan mati, demikianlah keadaannya datang dan pergi, hidup dan mati silih berganti; mereka yang bijaksana tidak bergembira pada yang datang dan tidak pula beliau bersedih pada yang pergi, senantiasa tenang dan jerih pikirannya. 497. Nikmatilah kesukaan dan kesedihan, jalani hidup dalam kaya dan miskin, ikhlaslah pada yang hidup dan yang mati. Janganlah pikirkan hasil dan kontribusi yang didapatkan dari usaha, akan tetapi teruslah berbuat bajik dan benar, bagaikan orang bersawah tahan akan panas terik matahari dan tetap bekerja berdasarkan kewajiban, setelah saatnya tiba panen pasti akan diperoleh. 498. Sesungguhnya tidak dapat dihindari suka dan duka itu, sebab keduanya adalah anugerah bagi pendewasaan diri; namun mereka yang bijak tidak akan dapat dikacaukan oleh keduanya dan justru mendapatkan manfaat darinya. 499. Hidup ini bagaikan putaran roda, yang tadinya di atas berikutnya akan berada dibawah, demikian juga yang di bawah berikutnya akan berada di atas, demikian juga suka dan duka itu datang silih berganti, ada kalanya suka berikutnya duka, adakalanya duka berikutnya suka; sesungguhnya semua itu terhubung dengan hukum sebab akibat dari perbuatan sendiri; baik ataukah buruk kualitas hidup saat ini, sungguh disebabkan oleh perbuatan masa lalu. 500. Jika orang sadar akan hakekat dari hukum sebab akibat perbuatan, demikian juga sadar akan hakekat kelahiran dan kematian hukum karma, semakin ia sadar akan hakekatnya semakin tidak terlekati dirinya oleh kesenangan dan kesedihan, orang seperti inilah yang disebut bijaksana. 501. Pikiran yang dipenuhi oleh pengetahuan sejati hakekat karma, inilah hendaknya dipergunakan untuk melenyapkan kedukaan hati; seperti rempah-rempah dapat dipakai melenyapkan penyakit badan, demikianlah kearifan budi dapat dipakai menyembuhkan penyakit-penyakit rohani. 502. Penyakit rohani pada akhirnya pasti akan menimbulkan penyakit fisik; seperti besi yang dibakar hingga panas lalu dicemplungkan kedalam air, panas jugalah air itu akhirnya. 503. Oleh sebab itu kekacauan pikiranlah yang hendaknya dimusnahkan lebih dulu dengan kearifan budi, bagaikan keberadaan api yang akan padam oleh air, demikian juga apabila kekacauan pikiran lenyap, hilang jugalah sakitnya badan. 504. Bukannya orang yang telah berusia lanjut, bukannya orang yang sudah ubanan, dan bukannya orang yang keriput kulitnya dikatakan bijaksana, melainkan hanya orang yang paham akan hekekat paling hakiki dari pengetahuan itu sajalah yang pantas dinyatakan bijaksana. 505. Mereka yang arif bijaksana tidak bersedih jika mengalami kesusahan, tidak bergirang hati jika memperoleh kesenangan, tidak digelapkan hatinya oleh kemarahan, ketakutan dan kedukaan hati; mereka yang bijak tetap tenang dan jernih hatinya dalam berbagai situasi. 506. Beribu-ribu kesusahan, demikian juga ribuan marabahaya dan kedukaan hati datang dalam hidup ini, hanya pikiran si bodohlah yang dapat dikacaukan oleh keadaan itu, sedangkan mereka yang arif bijaksana sedikitpun tidak terkacaukan. 507. Mereka yang telah berhasil memahami hakekat paling hakiki dari pengetahuan pasti dapat melenyapkan segala pikiran kotor, dapat melenyapkan perkataan kotor, dan dapat melenyapkan perbuatan kotor. Mereka yang berkeadaan suci terbebas dari sifat ego dan malas, rohani pun jasmaninya dipenuhi oleh sifat baik dan bajik. 508. Mereka yang arif bijaksana tidak akan dibutakan hatinya oleh kenikmatan duniawi; walaupun dikelilingi oleh berbagai kesenangan, oleh berbagai kelesatan makanan, mereka yang arif bijaksana tidak akan terlekati olehnya. Adapun mereka yang bodoh menjadi sangat senang saat memperoleh kenikmatan hidup pun amat berduka ketika memperoleh kesengsaraan hidup, hati mereka buta oleh kebodohannya. 509. Kearifan budi jika dikotori oleh kekotoran pikiran berkeadaan tidak murni lagi, seperti kemurnian emas menjadi berkurang karena adanya logam campuran, menyebabkan cahaya emas menjadi kurang cemerlang. 510. Jika tekun dalam melatih dan menyucikan pikiran niscaya kecemaran badanpun akan lenyap, jika kekotoran badan dapat dilenyapkan oleh pengetahuan hakiki, terhapuslah segala macam kesengsaraan hidup. 511. Demikian hebatnya kekuatan pikiran itu, ia tidak tampak namun kenyataannya ia ada dan menjadi sumber dari segalanya, ia sumber dari kebahagiaan pun sumber dari kesengsaraan, berkeadaan layaknya jejak-jejak burung yang terbang diudara atau jejak ikan yang berenang di air.
TagArchives: 2 ulama hadis penyusun kitab hadits shahih. Imam al-Maturidi; Perancang Konstruksi Akidah Aswaja. Redaksi 14 November 2020 Tokoh & Referensi 830 Views. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang makruf dengan sebutan Abu Mansur al-Maturidi. Dalam manuskrip kitab at-Tauhîd tertulis bahwa Abu Manshur merupakan
Pengantar Majaputera Karniawan, Kitab Sarasamusccaya adalah salah satu pustaka suci agama Hindu Smerti yang terdiri dari 511 Sloka ayat, berbahasa sansekerta dan jawa kuno, berisikan ajaran-ajaran pendidikan, filsafat, etika, dan pelatihan diri. Disusun oleh Bhagawan Wararuci sekitar abad 9-10 masehi. Sarasamusccaya bila diartikan secara harfiah adalah Himpunan yang lengkap dan sempurna. Konstruksinya mirip dengan kitab suci Dhammapada dalam agama Buddha. Kitab ini relatif universal dan agak jauh dari unsur dogmatis keagamaan. Sehingga hampir semua isi kitab ini bisa diterima hampir semua kalangan tanpa merasa keberatan karena memang sebagian besar ajarannya bersifat kemanusiaan dan universal. Dari 511 sloka ada 35 pembagian dibuat oleh masyarakat modern dengan tujuan membuatnya mudah dipahami Untuk lebih mudah dipahami, pengelompokannya akan kami sajikan di sini bersama penjelasan/resensi setiap bagiannya, yakni Bagian 1. Tujuan hidup manusia Bicara tentang manfaat dan karunia kesempatan terlahir sebagai manusia yang harus dimanfaatkan untuk mengembangkan kebajikan dan melebur segala kejahatan. Bagian 2, Hakikat Kebenaran Bicara tentang dalam kehidupan manusia bisa saja mengejar kekayaan dan kesenangan, namun sebelumnya harus benar2 teguh memupuk kebajikan & kebenaran dahulu seakan besok sudah mati. Dengan senantiasa melakukan kebajikan dan kebenaran sekalipun ia hanya pekerja rendahan ia tidak akan menyusahkan orang lain dan senantiasa membawa manfaat bagi siapapun, semesta secara otomatis akan melindungi, mencukupi bahkan melimpahi kebutuhan hidupnya karena ia bersikap selaras dengan hukum kebenaran yang adi duniawi. Bagian 3, Kebenaran Agama Bicara tentang bahwasannya semua agama mengajarkan tujuan yang sama, yakni kebajikan dan kebenaran. Hanya dengan caranya masing-masing yang berbeda dalam mencari dan merealisasi kebenaran. Tetapi perlu diwaspadai beragama yang bingung, dalam arti beragama yang tidak benar seperti kebenaran dan tuhan hanya milik kelompoknya, kebenaran kelompok dianggap kebenaran untuk semua, atau kebenaran ada di dalam gua, dsb. Bagian 4, Sumber Kebenaran Bicara tentang bagaimana menguliti wahyu tuhan dalam teks kitab suci dengan teliti dan cerdas, pelajari tafisirnya, termasuk dikontekstualisasikan dengan aturan etika moral yang berlaku dalam masyarakat. Dengan cara ini bisa merealisasi sumber kebenaran dari teks. Bila tidak dilakukan dgn benar dangkal analisisnya, wahyu tuhan hanya akan dijadikan alat pembenaran bagi tindakan sesat seseorang. Bagian 5, Kebaikan dan Kebenaran Bicara tentang sifat hakiki kebajikan dan kebenaran yang tanpa ikatan sehingga tidak ekslusif dimiliki perorangan/kelompok tertentu, juga sebagian besar manusia yang tidak memahami kebenaran hanya hidup tanpa tujuan dan semata menunggu mati. Maka seseorang perlu senantiasa menganalisa perbuatannya apa sudah sesuai dengan kebajikan dan kebenaran, setelah dipahami simpan dalam hati. Dalam bertindak hendaknya tepasalira, apa yg diri sendiri tidak inginkan, jangan lakukan pada orang lain. Dengan senantiasa berjalan sesuai kebenaran, maka ia akan secara ajaib berkelimpahan segala kebutuhannya. Bagian 6, Pekerjaan dan Profesi Menjelaskan tentang 4 golongan pekerjaan masyarakat pada masa lalu Agamawan, negarawan, usahawan, dan pelayan beserta segala kewajiban dan tugasnya. Profesi apapun yang dijalankan tidak boleh bersikap egois, tahan godaan, serta bersikap altruis orang lain juga bagian dari diri sendiri. Serta makna humanis tentang surga sukses dalam pengendalian nafsu dan neraka kegagalan dalam mengendalikan nafsu. Bagian 7, Trikaya Parisuda Bagian ini bicara tentang 3 jalur perbuatan dan 10 perbuatan salah yang bisa dilakukan 3 lewat jalur tindakan, 4 lewat jalur ucapan, 3 lewat jalur pikiran. Juga penjelasan bahwa semua perbuatan baik atau buruk semuanya ditentukan pikiran. Objek yang sepenuhnya menjijikan seperti liur akan digandrungi ketika sedang birahi, ini semua karena perbedaan dalam pikiran seseorang. Bagian 8, Pengendalian Indra Bagian ini berisi nasihat untuk mengendalikan indera, bagi mereka yang ingin bahagia jangan lewat jalan menindas mahluk lain, jangan menginginkan sesuatu yang mustahil, atau dengki dengan pencapaian orang lain. Bagian 9, Kesabaran Menjelaskan tentang manfaat kesabaran hati sebagai kekayaan yang utama. Bagian 10, Kemarahan Berisi tentang bahaya menjadi pribadi yang tempramental memiliki banyak musuh, hidup tidak tenang, dsb. Bagi orang yang sudah paham konsep Tat Twam Asi Itu adalah engkau, Dia adalah kamu, aku adalah dia, engkau adalah aku, dst maka akan muncul rasa altruistik dan tidak egois. Bagian ini juga menjelaskan bahwa minuman keras boleh diminum hanya bagi mereka yang sudah bisa mengendalikan indera-inderanya. Bagian 11, Dunia Akhirat Bagian ini menjelaskan konsep dunia akhirat dimana adanya penghakiman atas perbuatan. Juga berisi nasihat walaupun seseorang ragu terhadap alam akhirat dan hukum karma, setidaknya tetaplah jauhkan diri dari perbuatan jahat, dengan jalan ini seseorang tidak akan sengsara di dunia. Bagian 12, Perkataan – Berbahasa Bicara tentang etika dan manfaat menjaga perkataan tidak berbohong, mencaci, memfitnah, mengumpat, dan mencela agar selalu membawa kebaikan, sekalipun berniat baik tapi kalau disampaikan dengan kurang baik, akan membawa masalah dan menyakiti perasaan lawan bicaranya. Bagian 13, Kebenaran Bagian ini menjelaskan bahwasannya di dalam dirinya, manusia memiliki kebebasan untuk memilih meminum obat kebenaran atau racun kejahatan. Bahkan ritual, kurban, sedekah, dan kias tidak sebanding dengan manfaat nilai kebajikan kebenaran dalam mencerahkan batin. Selanjutnya berisi nasihat agar orang hidup dengan benar. Termasuk soal berbohong demi kebaikan menyelamatkan banyak nyawa, dipandang tindakan bijaksana dan sesuai kebenaran. Bagian 14, Ahimsa Tidak menyakiti Berisi ajaran-ajaran untuk tidak menyakiti mahluk lain, sebagian darinya juga menganjurkan tidak membunuh untuk makanan, menghargai kehidupan setiap mahluk walaupun kecil. Bagian 15, Mencuri Berisi nasihat akan akibat buruk apabila terlibat dalam pencurian, serta nasihat agar mengutamakan menolong orang sakit, teraniaya, butuh perlindungan, dan miskin. Bagian 16, Memperkosa Berisi nasihat agar seseorang menjauhi perbuatan asulila, menguraikan bahaya perbuatan asusila rudapaksa, yakni mendatangkan bahaya dan konflik. Bagian 17, Kesusilaan Berisi sejumlah nasihat akan etika peraturan moral masyarakat yang perlu dipenuhi menghindari pikiran, perkataan, dan perbuatan yang mengarah pada kejahatan dan pembunuhan. Orang dihormati karena moralitasnya, bahkan seorang agamawan sepuh tidak layak dihormati apabila tidak bermoral, sebaliknya orang miskin yang bermoral lebih patut dihormati. Bagian 18, Sedekah Berisi nasihat tentang manfaat dan bahaya apabila seseorang tidak sedekah. Sedekah tidak selalu material, bisa berupa imaterial, dilakukan semampunya namun penuh ketulusan dan tanpa tendensi menonjolkan diri. Sedekah akan bermanfaat besar bila dilakukan dengan tulus diiringi menjaga moral dan dengan penerima yang bermoral baik, besar kecilnya pahala bergantung pada keiklasan kualitas sedekah bukan jumlahnya kuantitas sedekah. Bagian 19, Etika Anak Terhadap Orang Tua Berisi banyak nasihat dan etika moral dalam berperilaku terhadap orang tua ibu dan ayah maupun orang yang dituakan seperti guru maupun agamawan yang bijaksana. Berisi perilaku apa yang harus dilalukan dan tidak boleh dilakukan dalam rangka berbakti kepada mereka. Juga dijelaskan 4 jenis pahala dari berbakti pada orang tua Pujian, hidup bahagia-panjang umur, teman setia-kekuasaan, dan jasa-pertolongan. Bagian 20, Pengendalian diri Brata Bagian ini menjelaskan 10 poin yang harus dilakukan untuk mengendalikan hawa nafsu Yama Brata, dan 10 poin yang harus dikerjakan untuk meneguhkan mental Niyama Brata. Beserta kerugian apabila tidak melatihnya. Bagian 21, Harta Kekayaan Bagian ini berisi nasihat pemanfaatan harta kekayaan dengan jalan kebenaran, disarankan bila seseorang mendapat laba hasil usaha membaginya jadi 3 untuk mengamalkan kebajikan, untuk kebutuhan hidup, dan untuk keberlangsungan usaha. Nasihat-nasihat beramal dan berketerlibatan sosial engage juga banyak di sini. Terakhir soal pemanfaatan kekayaan dari hasil kejahatan untuk kebajikan sebaiknya jangan pernah dilakukan. Bagian 22, Kesenangan Menjelaskan tentang 4 bidang kesenangan 1. Senang di masa kini, tidak senang di masa lain; 2. Tidak senang di masa kini, senang di masa lain; 3. Senang di masa kini dan lain; 4. Tidak senang di masa kini dan lain. Beserta segala akibat dan penyebabnya. Bagian 23, Kemiskinan Menjelaskan dua jenis miskin yakni miskin harta dan miskin jiwa, keduanya memiliki akibat buruk, maka dari itu seseorang hendaknya berusaha memakmurkan dirinya dan keluar dari jerat kemiskinan. Bagian ini juga menjelaskan tentang sebab orang selalu gagal dalam usaha, yakni karena dulu tidak melakukan perbuatan bajik sehingga saat ini hidup berkekurangan. Bagian 24, Pergaulan Berisi nasihat-nasihat tentang pergaulan, kriteria orang yang tidak layak dan layak untuk diajak bergaul, disertai bahaya bergaul dengan orang yang salah serta manfaat bergaul dengan orang yang tepat dan bijaksana. Bagian 25, Hukum Sebab Akibat Bagian ini menjelaskan tentang hakikat-hakikat hukum sebab akibat Karma Vipaksa, beserta sifatnya yang tidak bsia ditolak, dijauhkan, maupun dipercepat. Bagian 26, Kematian Berisi nasihat-nasihat yang berhubungan dengan kematian, bahwasannya hidup ini singkat dan sebagai mahluk hidup berada di bawah bayang-bayang kematian, maka kita tidak boleh lengah dan bermalas malasan, terus berbuat bajik untuk bekal saat dan setelah kematian. Bagian 27, Jalan Para Leluhur dan Para dewa Bahwasannya ada dua jalan untuk merealisasi alam surga, yakni Pitrayana Jalan para leluhur, cocok bagi perumahtangga Lewat pelaksanaan pengorbanan, pengendalian diri lewat moral etika, dan teguh pada kebenaran maupun lewat Dewayana Jalan lepas dari ikatan nafsu duniawi dan ego. Beserta kelebihan dan kekurangannya. Bagian 28, Diri sendiri Berisi nasihat bahwasannya sahabat maupun musuh sejati seseorang adalah dirinya sendiri. Bagaimana ia membina pikiran dan perilaku menentukan apakah ia menjadi musuh atau sahabat bagi dirinya sendiri. Bagian 29, Kebodohan Bagian ini menjelaskan bahaya kebodohan dan nasihat untuk melenyapkan kebodohan. Bagian 30, Keseimbangan Rohani Jasmani Bagian ini menjelaskan bagaimana proses purifikasi jiwa menuju kesucian sangat bergantung pada seberapa cerdas dan giat dalam berusaha. Bagian ini memberikan banyak nasihat-nasihat untuk dapat menyeimbangkan batin jiwa dan raga dalam berbagai sendi kehidupan. Bagian 31, Nafsu Seksual Bagian ini menjelaskan bagaimana pergaulan dengan orang yang salah wanita/pria hidung belang dapat menjerumuskan sekalipun orang bijaksana pada nafsu seksualitas. berisi bahaya dan himbauan agar berhati-hati terhadap jeratan nafsu seksualitas. Bagian 32, Cinta Buta Berisi bahaya dari mencintai seseorang secara membuta, rela mengorbankan apa saja demi cinta sesaat. Istilah masa kininya menjadi Budak Cinta Bucin. Bagian 33, Keinginan Berisi bahaya daripada keinginan. Baik keinginan akan harta, tahta, dan wanita. Bahkan bisa mengarah pada permusuhan dan pelerangan. Intinya keinginan menimbulkan ksserakahan dan menjadi rumah akan segala kejahatan. Bagian 34, Cinta Buta Pada Keluarga Berisi bahaya daripada mencintai keluarga secara membabi buta, membiarkan mereka anak, istri, dll tidak bermoral dan bersikap sembarangan asalkan mereka senang atas nama cinta. Bagian ini menasihati pembaca agar mau memberikan teguran hingga hukuman apabila orang yang dicintai memang bersalah dan jatuh pada tindakan amoral. Bagian 35, Pembebasan Berisi nasihat-nasihat bahwa kehidupan di dunia ini sementara, memupuk harta dan kebahagiaan duniawi bukanlah tujuan utama bagi seseorang. Sebaliknya seseorang harus dengan tekun membersihkan dan mensucikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Utamanya mensucikan pikiran. Dengan jalan inilah seseorang bisa melenyapkan kesengsaraan hidup dan mencapai kebahagiaan adi duniawi yang hakiki. REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR IKLAN Rp PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH SILAHKAN HUBUNGI MAJA 089678975279 Chief Editor Untuk membaca kitab aslinya, silahkan melalui Link Ekstensi berikut ini di luar web Versi Wedangga Kementerian Agama, DIRJEN Bimas Hindu lengkap dengan aksara devanagari dan bahasa sansekerta serta terjemahan bahasa indonesia Versi Made Suarte Versi aplikasi Android
Olehsebab itu, lanjutnya, membaca Kitab Suci Catur Weda harus didampingi seorang guru. Dalam Bayu Purana I.201 disebutkan 'Ithiasa puranabhyam vedam samupabrmhayet, bibhettyalpasrutad Vedo mamayam praharisyati'. "Maksudnya, hendaknya Weda dijelaskan melalui Ithiasa dan Purana. Weda merasa takut kalau orang bodoh membacanya.
BAB Latar BelakangSarasamusccaya adalah kitab Smerti dengan 511 sloka ayat yang memuat sejumlah ajaran tentang moral dan etika. Disusun oleh Bhagawan Wararuci, kira-kira pada abad ke 9-10. Kitab ini ditulis dengan dua bahasa yaitu Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno Kawi. Banyak yang menyebut Bhagawan Wararuci lahir di Nusantara karena kitab ini ditemukan dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno dari aslinya, Sansekerta. Kedua bahasa itu dipersandingkan. Namun, tidak ada kepastian bahwa beliau lahir di Nusantara, bisa saja Sarasamuccaya itu datang dari India dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno oleh seseorang yang tak mau disebutkan namanya. Hal-hal yang anonim itu jamak dalam susastra Hindu di era kerajaan-kerajaan di Sarasamuccaya ini dimaksudkan oleh Wararuci sebagai intisari dari Astadasaparwa Mahabharata, gubahan Rsi Wiyasa. Arti Sarasamuccaya yaitu Sara artinya intisari, sedangkan samuccaya artinya himpunan. Inilah himpunan dari instisari ajaran etika yang ada dalam kita mempergunakan teori Gadamer menginterpretasikan sloka-sloka ini, maka pertama tama kita pergunakan teks Sarasamuccaya dalam bahasa Jawa Kuno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk. Alasannya adalah oleh karena teks Jawa Kuno tidak ditemukan siapa penterjemahnya dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno. Oleh karena Nyoman Kadjeng menterjemahkannya dari bahasa Jawa Kuno ke dalam bahasa Indonesia, maka mulai dari sinilah kita akan melakukan upaya-upaya pemahaman terhadap kitab masalah teori interpretasi Gadamer, kita mempertanyakan maksud apa yang terkandung dari penuturnya Waisampayana, penulisnya Wararuci, penterjemahnya ke dalam bahasa Jawa Kuno Anonim, dan penterjemahnya ke dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan perkembangan horisonnya masing-masing, dalam rentang waktu dan tempat yang berbeda-beda. Waisampayana adalah penutur nilai-nilai, sari-sari dari Mahabharata, ditujukan kepada pendengarnya Janamejaya, cucu Arjuna. Sebagai penerus dinasti Pandawa yang sangat diharapkan dapat membawa kerajaan dengan seluruh rakyatnya, laki perempuan tua muda menikmati kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dan mendapatkan kesempatan dan peluang secara adil, agar tidak terulang kembali prahara Bharata Yuda seperti leluhurnya dulu. Inilah merupakan horison berpikir dari penutur dan penulis Bhagavan Wararuci serta teks Sarasamuccaya di masa Rumusan Masalah1. Bagaimanakah pemahaman umat Hindu tentang Kitab Sarasamuccaya?2. Bagaimanakah penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya? Tujuan3. Mahasiswa dapat memahami Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu4. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya? Manfaat1. Bagi penulis menambah wawasan baru dan memahami lebih mendalam tentang Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu2. Bagi pembaca dapat memahami dan mengingat kembali ajaran dari Kitab SarasamuccayaBAB Pemahaman Kitab SarasamuccayaKitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka yang sudah melewati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama, apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka. Khusus mengenai wanita, demikian dianggap berbahaya’ bagi kedua Asrama itu, misalnya seperti apa yang diuraikan dalam pasal 80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, dst. Dalam Kitab Sarasamuccaya ada beberapa sloka yang disampaikan dengan memperlakukan wanita secara tidak adil. ContohnyaSloka 424na stribhyah kincidanyadvai papiyo bhuvi vidyate,striyo mulamanarthanam manasapi ca sekian banyak yang dirindukan, tidak ada yang menyamai wanita dalam hal membuat kesengsaraan; apalagi memperolehnya dengan cara yang jahat; karenanya singkirilah wanita itu, meskipun hanya di angan-angan, hendaklah ditinggalkan saja”.Sloka 438prasvedamaladig dhena vahata mutrasonitam,vranena vivrtenaiva sarvamandhikrtam jagatArtinya“Ditengah-tengah kulit sebesar jejak kaki kijang, terdapatlah luka yang menganga yang tidak pernah sembuh, yang menjadi salura jalan air seni dan darah, penuh berisi keringat dan segala macam kotoran; itulah yang membuat orang bingung di dunia ini, kegila-gilaan, buta dan tuli karenanya”.Sedangkan untuk mereka yang akan menuju ke Grhasta Asrama, atau yang sudah berada di Grhasta Asrama, dalam memandang/ menilai seorang wanita, pedomannya adalah Manawa Dharmasastra Buku ke-3 Tritiyo dhayah mulai pasal 4 dst. Terutama pasal 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, di mana dinyatakan betapa mulia dan pentingnya peranan seorang wanita sebagai Ibu Rumah Tangga. Contoh sloka Manawa DharmasastraSloka 56 “Yatra naryastu pujyanteRamante tatra dewata,Yatraitastu na pujianteSarwastalah kriyah”Artinya“Dimana wanita dihormati, disanalah para dewa-dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang berpahala”.Sloka 57”Cosanthi jamayo yatrahWinacyatyacu tatkulam,Na cocanti tu yatraitaWardhate taddhi sarwadaArtinya”Diamana warga wanita hidup dalam kesedihan keluarga itu cepat akan hancur, tetapi diamana wanita tidak menderita keluarga itu kan selalu bahagia”.Oleh karena itu dalam proses belajar Agama, sebaiknya meminta tuntunan seorang guru yang mampu memberikan bahan-bahan pelajaran apa yang patut ditekuni, sesuai dengan tahapan kehidupan Catur Asrama. Selain itu juga guru bisa memberikan tuntunan sedemikian rupa sehingga murid sisya mencapai tingkat kesucian spiritual setahap demi setahap, dalam artian ada keteraturan proses, misalnya tidak melompat ke hal yang dalam sebelum mengetahui dasar-dasarnya basic ground. Misalnya untuk belajar Yoga, seorang sisya harus berdisiplin terlebih dahulu antara lain dalam hal-hal yang disebut Yama-brata’ dan Niyama-brata’. Tentu saja dalam hal ini faktor usia dan kematangan’ serta kedewasaan perilaku merupakan unsur Sarasamuccaya yang seluruhnya sebanyak 511 sloka, juga mengandung nilai-nilai yang universal, seperti apa itu manusia, semua manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana tujuannya dan bagaimana seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan pesan yang dibawa oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada pesan-pesan yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara nilai-nilai universal dengan nilai-nilai Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kitab SarasamuccayaKitab ini relatif unik karena menggunakan 2 bahasa bilingualyaitu bahasa Sansekerta untuk ayat utama dan bahasa Kawi Jawa Kuno untuk terjemahannya. Penggunaan bahasa Jawa pada bagian terjemahannya ini memunculkan dugaan bahwa kitab ini dibuat di diterjemahkannya bahasa Sanskerta ini kedalam bahasa Kawi, sehingga lebih memudahkan dalam memaknai Kitab ini setelah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam memahami Sarasamuccaya sangat berperan penting dalam mempelajari kitab-kitab beberapa Kosa-kata dalam kitab Sarasamuccaya yang dipakai dalam bahasa Indoneia dikehidupan sehari-hari. Namun beberapa ada yang mengalami perubuhan tulisan maupun bunyi. Berikut ini beberapa kosa kata yang ada pada kitab Sarasamuccaya yang digunakan dalam bahasa Indonesia aatmaa = atmabhaagya = bahagiabhaarata = baratabhakti = baktichintaa = cintadharma = darmadoshhaah = dosajiiva = jiwa kshaatram = ksatriamanushhya = manusianaraka = nerakanishchaya = niscayapujya = pujaputrah = putraraajaa = rajashuchi = suci Sebelumnya kitab Sarasamuccaya hanya diterjemahkan dalam bahasa Jawa Kuno, akan tetapi tidak ditemukan siapa penterjemahnya dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno, sehingga dengan diterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk, menjadi semakin mudah untuk memahami sastra dari Sarasamuccaya IIIKESIMPULAN DAN Kesimpulan Kitab Sarasamuccaya termasuk dalam kelompok Weda Smerti yang merupakan kitab suci otoritas kedua yang boleh diinterpretasi ulang bila ternyata nilai-nilai yang disampaikan ada yang merasa diperlakukan tidak adil. Kitab Sarasamuccaya seluruhnya sebanyak 511 sloka, mengandung nilai-nilai yang universal, seperti apa itu manusia, semua manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana tujuannya, bagaimana seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan pesan yang dibawa oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada pesan-pesan yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara nilai-nilai universal dengan nilai-nilai partikular. Ternyata ada 19 sloka yang secara tekstual merupakan nilai-nilai yang partikular, yang bertentangan dengan sebagian besar nilai-nilai universal yang terkandung di dalam kitab itu. Sesuai dengan pemahaman baru tentang “perempuan” dalam sloka di atas ternyata tidak benar-benar merupakan sloka-sloka yang bertentangan dengan nilai-nilai universal Sarasamuccaya yang lainnya. Tujuan hidup manusia menurut Hindu baik laki maupun perempuan adalah berpeluang sama untuk mencapai kesejahteraan duniawi Jagat Hita dan Pembebasan Moksa. Nafsu birahi menyebabkan keterikatan yang sangat kuat pada setiap orang. Hal ini dapat kita lihat maraknya pornografi dan pornoaksi serta porno media sebagai tontonan yang banyak menarik manusia modern dewasa ini, yang dalam bentuknya yang kuno dapat kita lihat dalam sastra Kama Sutra. Beberapa bahasa Sanskerta dalam kitab Sarasamuccaya yang juga dipakai dalam bahasa Indonesia. Namun karena terjadi perubahan zaman secara terus-menerus sehingga ada yang mengalami perubahan bunyi maupun Saran Sloka-sloka Sarasamuccaya yang berbicara mengenai perempuan ini, harus diinterpretasi ulang yang secara aktif melibatkan Wanita Hindu Indonesia WHDI dan tentu saja harus memberikan kontribusi pemikiran agar tidak lagi diskriminatif, meminggirkan perempuan dan bersifat represif. WHDI juga jangan lupa tetap aktif pula secara internal merealisasikan program penafsiran ulang sastra-sastra Hindu yang secara tekstual masih sangat patriarkhis, sehingga tidak malu-malu lagi kita perkenalkan kepada umat lainnya dan generasi muda Hindu. Kemunculan teknologi yang serba modern ini banyak yang menyalah artikan beberapa sloka Sarasamuccaya oleh kepercayaan non-Hindu di beberapa situs website dengan maksud dan tujuan tertentu. Hendaklah sebagai umat Hindu harus kritis dan tanggap terhadap permasalahan yang ada dan tidak mudah terpengaruh oleh arti-arti Veda yang tidak PUSTAKAAnynomous. 2012. Sarasamusccaya oleh Bhagawan Wararuci Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014Anynomous. 2012. Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014Satria. 2012. Penafsiran Ulang Sloka Tentang Perempuan Dalam Kitab Sarasamuccaya Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014Pudja, Gede. 1979. Sarasamuccaya. Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Hindu JakartaArivia, Gadis. 2003. Filsafat Berspektif Feminis. Yayasan Jurnal Perempuan Anne M. 2002. Pemperkenalkan Teologi Feminis. Ledalero, Maumere Dkk. 2005. Sarasamuccaya. Paramita Luh Ketut. 2003. Perempuan Bali Kini. BP Made. 1998. Citra Wanita dalam Kakawin Ramayana. Paramita Surabaya.
Kesimpulan Tri Hita Karana adalah Tiga hubungan yang menyebabkan terjadinya kebahagiaan. Unsur-unsur dari Tri Hita Karana yaitu antara lain: 1). Parhyangan, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan. 2). Pawongan, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia. 3). Palemahan, yaitu hubungan antara manusia dengan alam.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sarasamusccaya adalah kitab Smerti dengan 511 sloka ayat yang memuat sejumlah ajaran tentang moral dan etika. Disusun oleh Bhagawan Wararuci, kira-kira pada abad ke 9-10. Kitab ini ditulis dengan dua bahasa yaitu Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno Kawi. Banyak yang menyebut Bhagawan Wararuci lahir di Nusantara karena kitab ini ditemukan dengan terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno dari aslinya, Sansekerta. Kedua bahasa itu dipersandingkan. Namun, tidak ada kepastian bahwa beliau lahir di Nusantara, bisa saja Sarasamuccaya itu datang dari India dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno oleh seseorang yang tak mau disebutkan namanya. Hal-hal yang anonim itu jamak dalam susastra Hindu di era kerajaan-kerajaan di Jawa. Kitab Sarasamuccaya ini dimaksudkan oleh Wararuci sebagai intisari dari Astadasaparwa Mahabharata, gubahan Rsi Wiyasa. Arti Sarasamuccaya yaitu Sara artinya intisari, sedangkan samuccaya artinya himpunan. Inilah himpunan dari instisari ajaran etika yang ada dalam Astadasaparwa. Sebelum kita mempergunakan teori Gadamer menginterpretasikan sloka-sloka ini, maka pertama tama kita pergunakan teks Sarasamuccaya dalam bahasa Jawa Kuno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk. Alasannya adalah oleh karena teks Jawa Kuno tidak ditemukan siapa penterjemahnya dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno. Oleh karena Nyoman Kadjeng menterjemahkannya dari bahasa Jawa Kuno ke dalam bahasa Indonesia, maka mulai dari sinilah kita akan melakukan upaya-upaya pemahaman terhadap kitab Sarasamuccaya. Berbicara masalah teori interpretasi Gadamer, kita mempertanyakan maksud apa yang terkandung dari penuturnya Waisampayana, penulisnya Wararuci, penterjemahnya ke dalam bahasa Jawa Kuno Anonim, dan penterjemahnya ke dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan perkembangan horisonnya masing-masing, dalam rentang waktu dan tempat yang berbeda-beda. Waisampayana adalah penutur nilai-nilai, sari-sari dari Mahabharata, ditujukan kepada pendengarnya Janamejaya, cucu Arjuna. Sebagai penerus dinasti Pandawa yang sangat diharapkan dapat membawa kerajaan dengan seluruh rakyatnya, laki perempuan tua muda menikmati kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dan mendapatkan kesempatan dan peluang secara adil, agar tidak terulang kembali prahara Bharata Yuda seperti leluhurnya dulu. Inilah merupakan horison berpikir dari penutur dan penulis Bhagavan Wararuci serta teks Sarasamuccaya di masa lalu. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pemahaman umat Hindu tentang Kitab Sarasamuccaya? 2. Bagaimanakah penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya? Tujuan 3. Mahasiswa dapat memahami Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu 4. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kitab Sarasamuccaya? Manfaat 1. Bagi penulis menambah wawasan baru dan memahami lebih mendalam tentang Kitab Sarasamuccaya dalam ajaran Hindu 2. Bagi pembaca dapat memahami dan mengingat kembali ajaran dari Kitab Sarasamuccaya BAB II PEMBAHASAN Pemahaman Kitab Sarasamuccaya Kitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka yang sudah melewati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama, apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka. Khusus mengenai wanita, demikian dianggap berbahaya’ bagi kedua Asrama itu, misalnya seperti apa yang diuraikan dalam pasal 80, 81,82, 83, 84, 85, 86, 87, dst. Dalam Kitab Sarasamuccaya ada beberapa sloka yang disampaikan dengan memperlakukan wanita secara tidak adil. Contohnya Sloka 424 na stribhyah kincidanyadvai papiyo bhuvi vidyate, striyo mulamanarthanam manasapi ca cintitah. Artinya “Diantara sekian banyak yang dirindukan, tidak ada yang menyamai wanita dalam hal membuat kesengsaraan; apalagi memperolehnya dengan cara yang jahat; karenanya singkirilah wanita itu, meskipun hanya di angan-angan, hendaklah ditinggalkan saja”. Sloka 438 prasvedamaladig dhena vahata mutrasonitam, vranena vivrtenaiva sarvamandhikrtam jagat Artinya “Ditengah-tengah kulit sebesar jejak kaki kijang, terdapatlah luka yang menganga yang tidak pernah sembuh, yang menjadi salura jalan air seni dan darah, penuh berisi keringat dan segala macam kotoran; itulah yang membuat orang bingung di dunia ini, kegila-gilaan, buta dan tuli karenanya”. Sedangkan untuk mereka yang akan menuju ke Grhasta Asrama, atau yang sudah berada di Grhasta Asrama, dalam memandang/ menilai seorang wanita, pedomannya adalah Manawa Dharmasastra Buku ke-3 Tritiyo dhayah mulai pasal 4 dst. Terutama pasal 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, di mana dinyatakan betapa mulia dan pentingnya peranan seorang wanita sebagai Ibu Rumah Tangga. Contoh sloka Manawa Dharmasastra Sloka 56 “Yatra naryastu pujyante Ramante tatra dewata, Yatraitastu na pujiante Sarwastalah kriyah” Artinya “Dimana wanita dihormati, disanalah para dewa-dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang berpahala”. Sloka 57 ”Cosanthi jamayo yatrah Winacyatyacu tatkulam, Na cocanti tu yatraita Wardhate taddhi sarwada Artinya ”Diamana warga wanita hidup dalam kesedihan keluarga itu cepat akan hancur, tetapi diamana wanita tidak menderita keluarga itu kan selalu bahagia”. Oleh karena itu dalam proses belajar Agama, sebaiknya meminta tuntunan seorang guru yang mampu memberikan bahan-bahan pelajaran apa yang patut ditekuni, sesuai dengan tahapan kehidupan Catur Asrama. Selain itu juga guru bisa memberikan tuntunan sedemikian rupa sehingga murid sisya mencapai tingkat kesucian spiritual setahap demi setahap, dalam artian ada keteraturan proses, misalnya tidak melompat ke hal yang dalam sebelum mengetahui dasar-dasarnya basic ground. Misalnya untuk belajar Yoga, seorang sisya harus berdisiplin terlebih dahulu antara lain dalam hal-hal yang disebut Yama-brata’ dan Niyama-brata’. Tentu saja dalam hal ini faktor usia dan kematangan’ serta kedewasaan perilaku merupakan unsur utama. Kitab Sarasamuccaya yang seluruhnya sebanyak 511 sloka, juga mengandung nilai-nilai yang universal, seperti apa itu manusia, semua manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana tujuannya dan bagaimana seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan pesan yang dibawa oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada pesan-pesan yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara nilai-nilai universal dengan nilai-nilai partikular. Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kitab Sarasamuccaya Kitab ini relatif unik karena menggunakan 2 bahasa bilingual yaitu bahasa Sansekerta untuk ayat utama dan bahasa Kawi Jawa Kuno untuk terjemahannya. Penggunaan bahasa Jawa pada bagian terjemahannya ini memunculkan dugaan bahwa kitab ini dibuat di Nusantara. Dengan diterjemahkannya bahasa Sanskerta ini kedalam bahasa Kawi, sehingga lebih memudahkan dalam memaknai Kitab ini setelah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam memahami Sarasamuccaya sangat berperan penting dalam mempelajari kitab-kitab tersebut. Terdapat beberapa Kosa-kata dalam kitab Sarasamuccaya yang dipakai dalam bahasa Indoneia dikehidupan sehari-hari. Namun beberapa ada yang mengalami perubuhan tulisan maupun bunyi. Berikut ini beberapa kosa kata yang ada pada kitab Sarasamuccaya yang digunakan dalam bahasa Indonesia aatmaa = atma bhaagya = bahagia bhaarata = barata bhakti = bakti chintaa = cinta dharma = darma doshhaah = dosa jiiva = jiwa kshaatram = ksatria manushhya = manusia naraka = neraka nishchaya = niscaya pujya = puja putrah = putra raajaa = raja shuchi = suci Sebelumnya kitab Sarasamuccaya hanya diterjemahkan dalam bahasa Jawa Kuno, akan tetapi tidak ditemukan siapa penterjemahnya dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno, sehingga dengan diterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia oleh Nyoman Kadjeng dkk, menjadi semakin mudah untuk memahami sastra dari Sarasamuccaya ini. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kitab Sarasamuccaya termasuk dalam kelompok Weda Smerti yang merupakan kitab suci otoritas kedua yang boleh diinterpretasi ulang bila ternyata nilai-nilai yang disampaikan ada yang merasa diperlakukan tidak adil. Kitab Sarasamuccaya seluruhnya sebanyak 511 sloka, mengandung nilai-nilai yang universal, seperti apa itu manusia, semua manusia setara, mengapa ia ada di dunia, kemana tujuannya, bagaimana seharusnya ia menjalankan hidupnya. Sebagai satu kesatuan pesan yang dibawa oleh kitab Sarasamuccaya, tidaklah mungkin didalamnya itu ada pesan-pesan yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Misalnya antara nilai-nilai universal dengan nilai-nilai partikular. Ternyata ada 19 sloka yang secara tekstual merupakan nilai-nilai yang partikular, yang bertentangan dengan sebagian besar nilai-nilai universal yang terkandung di dalam kitab itu. Sesuai dengan pemahaman baru tentang “perempuan” dalam sloka di atas ternyata tidak benar-benar merupakan sloka-sloka yang bertentangan dengan nilai-nilai universal Sarasamuccaya yang lainnya. Tujuan hidup manusia menurut Hindu baik laki maupun perempuan adalah berpeluang sama untuk mencapai kesejahteraan duniawi Jagat Hita dan Pembebasan Moksa. Nafsu birahi menyebabkan keterikatan yang sangat kuat pada setiap orang. Hal ini dapat kita lihat maraknya pornografi dan pornoaksi serta porno media sebagai tontonan yang banyak menarik manusia modern dewasa ini, yang dalam bentuknya yang kuno dapat kita lihat dalam sastra Kama Sutra. Beberapa bahasa Sanskerta dalam kitab Sarasamuccaya yang juga dipakai dalam bahasa Indonesia. Namun karena terjadi perubahan zaman secara terus-menerus sehingga ada yang mengalami perubahan bunyi maupun tulisan. Saran Sloka-sloka Sarasamuccaya yang berbicara mengenai perempuan ini, harus diinterpretasi ulang yang secara aktif melibatkan Wanita Hindu Indonesia WHDI dan tentu saja harus memberikan kontribusi pemikiran agar tidak lagi diskriminatif, meminggirkan perempuan dan bersifat represif. WHDI juga jangan lupa tetap aktif pula secara internal merealisasikan program penafsiran ulang sastra-sastra Hindu yang secara tekstual masih sangat patriarkhis, sehingga tidak malu-malu lagi kita perkenalkan kepada umat lainnya dan generasi muda Hindu. Kemunculan teknologi yang serba modern ini banyak yang menyalah artikan beberapa sloka Sarasamuccaya oleh kepercayaan non-Hindu di beberapa situs website dengan maksud dan tujuan tertentu. Hendaklah sebagai umat Hindu harus kritis dan tanggap terhadap permasalahan yang ada dan tidak mudah terpengaruh oleh arti-arti Veda yang tidak rasional. DAFTAR PUSTAKA Anynomous. 2012. Sarasamusccaya oleh Bhagawan Wararuci Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014 Anynomous. 2012. Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014 Satria. 2012. Penafsiran Ulang Sloka Tentang Perempuan Dalam Kitab Sarasamuccaya Online. Diakses pada tanggal 02 Januari 2014 Pudja, Gede. 1979. Sarasamuccaya. Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Hindu Jakarta Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berspektif Feminis. Yayasan Jurnal Perempuan Jakarta. Clifford, Anne M. 2002. Pemperkenalkan Teologi Feminis. Ledalero, Maumere Flores. Kajeng, Dkk. 2005. Sarasamuccaya. Paramita Surabaya. Suryani, Luh Ketut. 2003. Perempuan Bali Kini. BP Denpasar. Titib, Made. 1998. Citra Wanita dalam Kakawin Ramayana. Paramita Surabaya.
Sarasamuscayadan Manawa Dharmasastra December 23rd , 2009 by Bhagawan Dwija Kitab Sarasamuscaya adalah tuntunan bagi mereka yang sudah meliwati Grhasta Asrama, atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama, apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka. Khusus mengenai wanita, demikian dianggap 'berbahaya' bagi kedua Asrama itu, misalnya
100% found this document useful 4 votes7K views52 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 4 votes7K views52 pagesTerjemahan Kitab Sarasamuscaya You're Reading a Free Preview Pages 9 to 20 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 26 to 37 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 41 to 48 are not shown in this preview.
Penyusunmenjadikan kitab tafsir Mafatih al-Gaib sebagai obyek penclitian, karya al-Razi yang menekankan aspek munasabah antar ayat dan antar surah. Tafsir ini termasuk ke dalam tafsir yang bercorak teologis dengan metode analitis filosofls. dengan model dialektika yang menarik untuk di kaji guna mengetabui posisi pemikiranuya di antara pemikir
A. kitab Sarasamuscaya adalah Bhagawana. Wararucic. Waisampayana11. Sujud bhakti kchadapan Sanghyang Widhi dengan tulus iklas disebut ........ Margac. Karma bersatu dengan Sanghyang Widhi dengan cara menuntut dan mengabdikan ilmupengetahuan margab. Karma margad. Raja agama Hindu untuk mencapai kesejahteraan umat manusia disebut ...a. Adimoksa Jawaban kitab Sarasamuscaya adalah Bhagawana. Wararuci11. Sujud bhakti kchadapan Sanghyang Widhi dengan tulus iklas disebut ....... bersatu dengan Sanghyang Widhi dengan cara menuntut dan mengabdikan ilmupengetahuan agama Hindu untuk mencapai kesejahteraan umat manusia disebut ... bermanfaat
ManawaDharmasastra adalah sebuah kitab Dharmasastra yang dihimpun dengan bentuk yang sistematis oleh Bhagawan Bhrigu, salah seorang penganut ajaran Manu, dan beliau pula salah seorang Sapta Rsi. Kitab ini dianggap paling penting bagi masyarakat Hindu dan dikenal sebagai salah satu dari kitab Sad Wedangga.
K6wz. c59wu1y6hq.pages.dev/324c59wu1y6hq.pages.dev/341c59wu1y6hq.pages.dev/297c59wu1y6hq.pages.dev/613c59wu1y6hq.pages.dev/193c59wu1y6hq.pages.dev/119c59wu1y6hq.pages.dev/399c59wu1y6hq.pages.dev/456c59wu1y6hq.pages.dev/995
penyusun kitab sarasamuscaya adalah bhagawan